SHIGOT DAN BINAK
Shighot ialah bentuk kalimah yang ditinjau dari dari segi makna dan binak ialah kalimat yang ditinjau dari segi jenis huruf dan tata letaknya, Contoh : نصر
Lafadz نصر tersebut bersighot fi’il madzi karena menunjukkan arti yang lampau dan juga berbentuk binak shohih karena seluruh huruf asalnya berupa huruf shohih.
PEMBAGIAN SHIGHOT
Adapun pembagian shighot kalimah itu terbagi menjadi :
A. Fi’il Madhi
Yaitu setiap kalimat fi’il yang menunjukkan kepada terjadinya suatu peristiwa pada masa sebelum mutakalim berbicara.
Contoh : قال
Hukum Fi’il madzi adalah mabni dikarenakan condong kepada kalimat huruf. adapun mabninya fi’il madzi dan tanda-tandanya diterangkan lebih jelas pada pembahasan nahwu.
B. Fi’il Mudhorik
Ialah kalimat yang menunjukkan terhadap suatu perisriwa bersamaan kita berbicara atau terjadi setelah kita berbicara.
contoh يقول
Fi’il mudhorik mempunyai keterkaitan waktu dengan dengan keterangan waktu sedang (khal/khadir) katika :
a. Jatuh setelah ما nafi atau ان nafi
b. Jatuh setelah lam ibtidak
c. Seperti biasanya, masih murni belum ada tambahan lafadz/amil.
d. Setelahnya terdapat keterangan waktu khal seperti lafadz الان
Sedangkan fi’il mudhorik terkait dengan keterangan waktu akan datang (istiqbal) ketika :
a. Jatuh setelah amil-amil nasob
b. Jatuh setelah sin tanfis maupun saufa taswif
c. jatuh setelah lafadz yang menunjukkan pengharapan.
Contoh :لعلى ابلغ قصدى
d. Bersamaan dengan nun taukid
e. Setelahnya terdapat keterangan waktu istiqbal seperti lafadz غدا
Namun kadang-kadang fi’il mudhorik tidak terkait dengan 2 keterangn waktu tersebut melainkan berkaitan dengan keterangan waktu lampau (madzi) yaitu jatuh setelah لم , لما dan ربما
Adapun pembentukan fi’il mudhori yaitu dengan cara : dari fi’il madzi dengan ditambahkan huruf mudhoro’ah yang diharokati fatkhah contoh (قال menjadi يقول ) kecuali dari fi’il yang berstrukturkan empat huruf, maka huruf mudhoro’ah baginya harus didhommah dan semua fi’il yang dimulai dengan hamzah tambahan maka ketika bentuk mudhoriknya hamzah akan terbuang.
Tanda-tanda fi’il mudhorik dijelaskan lebih jelas pada pembahasan nahwu.
C. Masdar
Masdar ialah Kalimah yang menunjukkan arti pekerjaan atau peristiwa. Contoh : ضربا
Masdar adakalanya masdar qiyasi (masdar yang mengikuti kaidah tasrif) dan adakalanya masdar sima’i (masdar yang langsung dari perkataan orang Arab dan tidak sesuai dengan kaidah tasrif/tasrifan)
Masdar terbagi menjadi tiga macam :
L Masdar taukid :
masdar untuk menguatkan fi’il tersebut. Contoh :
ضربتك ضربا = (saya telah memukulnmu dengan sungguh-sungguh)
L Masdar marroh
Masdar yang menunjukkan hitungan pekerjaan tersebut. Dari fi’il tsulasi mujarod mengikuti wazan فعلة dengan difatkhah fa’fi’ilnya.
Contoh : ضريتك ضربة واحدة (saya telah memukulmu sekali pukulan)
Adapun dari lafadz yang stuktur hurufnya lebih dari tiga huruf wazan masdarya ditambah ta’ marbutoh jika dalam masdarnya tidak ada ta’ ta’nis dan ditambah dengan sifat sekali, untuk menunjukkan hitungan pekerjaan tersebut.
Contoh : أعطيتك إعطاءة واحدة (saya telah memberimu dengan sekali pemberian)
L Masdar nau’
Masdar yang menentukan rupa pekerjaan tersebut, masdar ini mengikuti wazan فعلة dengan dikasroh fa’fi’ilnya
Contoh : جلوسك كجلسة حبيبي (Dudukmu seperti duduknya kekasihku)
D. Isim Fa’il
Yaitu isim yang menunjukkan arti orang yang melakukan pekerjaan. Sebagian besar pada fi’il tsulasi mujarod mengikuti wazan فاعل dan jika pada fi’il yang lebih dari tiga huruf, dari fi’il mudhori’nya diganti huruf mudhoro’ahnya dengan mim kemudian huruf sebelum akhir dikasroh. Contoh : dari يكرم menjadi مكرم
E. Isim Maf’ul
Yaitu isim yang menunjukkan arti obyek/yang menjadi sasaran dari suatu pekerjaan tersebut. Sebagian besar pada fi’il tsulasi mujarod mengikuti wazan مفعول dan jika pada fi’il yang lebih dari tiga huruf, dari fi’il mudhori’nya diganti huruf mudhoro’ahnya dengan mim kemudian huruf sebelum akhir difatkhah. Contoh : dari يكرم menjadi مكرم
Akan tetapi lafadz فعيل terkadang bermakna isim fa’il, contoh : رحيم (penyayang) dan terkadang bermakna isim maf’ul, contoh : جريح (yang dilukai).
F. Fi’il Amar
Kalimat yang menunjukkan arti tuntutan dilakukannya suatu pekerjaan setelah sang mutakallim berbicara. contoh قل
Pembentukan fi’il amar berawal pada fi’il mudhorik yang dimabnikan jazem kemudian dibuanglah huruf mudhoro’ah tersebut. Dengan ketentuan huruf setelah huruf mudhoro’ah berharokat, akan tetapi jika huruf setelah huruf mudhoro’ah tersebut mati (sukun) maka awalnya ditambah dengan hamzah washol berharokat kasroh ketika ‘ain fi’ilnya berharokat kasroh atau fatkhah kecuali pada amarnya fi’il yang mengikuti wazan افعل - يفعل dan hamzah tersebut dikharokati dhommah ketika ‘ain fi’il tersebut berkharokat dhommah.
Demikian halnya bagi fi’il yang dimulai dengan hamzah tambahan yang terbuang maka pada fi’il amarnya hamzah tersebut ditampakkan kembali.
Adapun kemabnian dan tanda-tandanya juga akan lebih jelas lagi pada pembahasan nahwu.
G. Fi’il Nahi
Kalimah fi’il yang menunjukkan makna larangan melakukan suatu pekerjaan dan biasanya didahului oleh amil jazem لا الناهية
contoh : لاتضرب artinya jaganlah engkau memukul
H. Isim Zaman dan Isim Makan
Isim zaman ialah isim yang menunjukkan waktu terjadinya pekerjaan.
Isim makan ialah isim yang menunjukkan tempat terjadinya pekerjaan.
Isim zaman dan isim makan dalam bentuknya sama tidak ada perbedaan diantaranya yang membedakan Cuma artinya, cara membedakannya yaitu dengan melihat kedaan lafadz tersebut.
Pembentukan isim zaman dan isim makan
1) Fi’il tsulasi mujarrod
a) Fi’il yang mengikuti wazan يفعل (dikasroh ‘ain fi’ilnya) isim makan/zamannya mengikuti wazan مفعل (dikasroh ‘ain fi’ilnya) contoh : مضرب
b) Fi’il yang mengikuti wazan يفعل / يفعل (difatkhah/didhommah a’in fi’ilnya) isim makan/zamannya mengikuti wazan مفعل (difatkhah‘ain fi’ilnya) contoh : مشرب مقتل
Ada beberapa lafadz yang mengikuti يفعل / يفعل tetapi dalam isim makan/zamannya tidak mengikuti wazan مفعل dinaman lafadz syadz, diantaranya lafadz : مسجد , مشرق مغرب , مطلع , مجزر , مرفق , مفرق , مسكن : منسك , منبت , مسقط dengan dikasroh ‘ain fi’ilnya.
c) Fi’il bina’ mitsal, isim makan/zamannya mengikuti wazan مفعل dengan dikasroh ‘ain fi’ilnya contoh : موضع
d) Fi’il bina’ naqis, isim makan/zamannya mengikuti wazan مفعل dengan difatkhah ‘ain fi’ilnya contoh : مرعى
2) Fi’il yang struktur hurufnya lebih dari tiga huruf (tsulasi mazid maupun ruba’i) wazan isim zaman/makannya sama dengan wazan isim maf’ulnya contoh :
3) Bila disuatu tempat banyak bendan/perkaranya, maka untuk menyebutkannya menggunakan wazan مفعلة (bagi lafadz yang mustaq dari fi’il tsulai mujarrod) contoh :
مسبعة : tempat yang banyak hewan buasnya
مأسدة : tempat yang banyak macannya
مبطخة : tempat yang banyak buah semangkanya
مقثأة : tempat yang banyak buah mentimunnya
I. Isim Alat
Yaitu isim yang dugunakan fa’il (pelaku pekerjaan) untuk mencapai maf’ul (obyek) yakni isim yang merupakan alat untuk mencapai tujuan. Wazan-wazan isim alat berjumlah tiga yaitu :
1) مفعل Contoh : مجلب
2) مفعلة Contoh : مكسحة
3) مفعال Contoh : مفتاح
Dalam isim alat terdapat beberapa lafadz yang syad (keluar dari qo’idah dan orang Arab memakainya serta termasuk lafadz yang fasih) dengan didhommah mim dan ‘ain fi’ilnya contoh:
مدهن : alat membuat minyak مسعط : alat membuat obat
مدق : alat pengayak tepung منخل : alat pemecah
مكحلة : alat celakan محرضة : wadah pembuat tempat air
PEMBAGIAN BINAK
kalimat fi’il ditinjau dari qualitas hurufnya (kuat dan lemahnya huruf) maka fi’il dibagi menjadi 2 (dua) :
A Fi’il Binak Salim
Yaitu Fi’il yang pokok-pokok hurufnya (fa’ fi’il, ‘ain fi’il dan lam fi’il) bukan terbentuk dari tadz’if (huruf yang diulang-ulang) atau huruf hamzah ataupun salah satu dari huruf ‘ilat. Contoh فتح
Fi’il binak salim juga dikatakan fi’il binak shohih dikarenakan semua hurufnya berupa huruf shohih
B Fi’il Binak Ghoiru Salim
Fi’il binak ghoiru salim merupakan kebalikan fi’il binak salim yaitu setiap fi’il yang huruf pokonya terbentuk dari tadz’if atau hamzah ataupun salah satu dari huruf ‘ilat.
Fi’il ghoiru salim terbagi menjadi 3 (tiga) kelompok besar yaitu: Mudho’af, Mahmuz dan Mu’tal.
BINA’ SHOHIH
BINA’ MUDHO’AF
Mempunyai definisi :
من الثلاثي المجرد والمزيد فيه هو ما كانت عينه ولامه من جنس واحد مثل رد واعد اصلهما ردد واعدد
من الرياعي هو ما كانت فاؤه ولامه الاولى من جنس واحد وكذا عينه ولامه الثانية من جنس واحد مثل زلزل
Menurut istilah shorof, definisi bina’ mahmuz terbagi menjadi dua yaitu :
1. Jika fi’il tersebut berbentuk fi’il tsulasi baik mujarrod maupun mazid, yaitu kalimah yang ‘ain fi’il dan lam fi’ilnya berupa huruf yang sejenis contoh : اعد , رد asalnya : اعدد , ردد
2. Jika fi’ilnya berupa fi’il rubangi murarod, yaitu semua fi’il yang fa’ fi’il dan lam fi’il yang pertama berupa huruf yang sejenis sedangkan ‘ain dan lam fi’il yang kedua hurufnya juga sejenis contoh : زلزل
Dijelaskan dalam bait qowa’idul i’lal
وهو من الفعل الثلاثي مطلقا # ما عينه ولامه توافقا
في الجنس نحو رد زيد واعد # فهو من الفعل الرباعي ما اتحد
في الجنس فاؤه ولام سابقة # كذاك عينه ولام لاحقة
Bina’ mudho’af juga dinamakan sebagai binak ashom dikarenakan لتحقق الشدة فيه بواسطة الادغام kerasnya dalam melafadzkan kalimah tersebut dengan adanya tasdid didalamnya (dalam fi’il tsulasi) dan juga dinamakan binak muthabiq dikarenakan :
للموافقة بين الفاء والام الاولى وبين العين والام الثانية
kecocokannya dalam hurufnya yang sejenis antara fa’ fi’il dan lam fi’il yang pertama begitu juga ‘ain dan lam fi’il yang kedua juga (dalam fi’il Ruba’i).
Bina’ mudho’af dikategorikan bina’ ghoiru salim karena dapat menerima hukum pergantian huruf (ibdal) seperti lafadz :
امليت menjadi امللت
dan dapat menerima hukum pembuangan (al khadzfu) contoh :
ظلت menjadi ظللت
HUKUM BINA’ MUDHO’AF
Bina’ mudho’af sangat erat hubungannya dengan hukum idzghom khususnya dari fi’il tsulasi, hukum-hukum idzghom terbagi menjadi menjadi tiga yaitu : a). Wajib idzghom b). Jaiz idzghom c). Mumtanak idzghom
A. Wajib Idzghom
Dua huruf yang sejenis menjadi wajib diidzghomkan diantara apabila :
a. Mudghom (huruf awal dari dua huruf yang sejenis) berkharokat sukun baik karena asal ataupun karena ‘arid (diupayakan) sedangkan mudghom fih (huruf kedua dari dua huruf yang sejenis) mempunyai kharokat, juga karena asal maupun ‘arid.
Contoh : مدا asalnya مددا (mudgom sukun asli)
مدasalnya مدد (mudgom sukun ‘arid)
مد اصله مدد علي وزن فعل اسكنت الدال الاولى لأجل شرط الإدغام فصار مدد ثم ادغمت الدال الاولى في الثانية للمجانسة فصار مد
b. Mudghom berada pada akhir kalimat tertentu dan mudghom fih pada kalimat yang lain dan keduaanya sejenis, jika mudghom fih berasal dari isim dhomir maka wajib diidghomkan dalam tulisan dan pelafalannya dan bila berupa isim dhohir maka wajib diidghomkan dalam pelafalannya saja.
Contoh : سكتُّ asalnya سكتْ تُ (diidghomkan tulisan & lafadz)
اذ ذهب (diidghomkan dalam lafadznya saja)
B. Jaiz Idzghom
Dua huruf yang sejenis terkadang boleh diidghomkan maupun tidak diidghomkan, bila mempunyai kriteria sebagai berikut :
a. Apabila keduanya sukun akan tetapi sukunnya mudghom fih karena jazem atau serupanya, selagi tidak bertemu dengan alif dhomir tsniyah, wawu dhomir jama’, yak muannasah mukhotobah nun niswah maupun nun taukid.
Jika diidghomkan maka mudghomfihnya dikarokati dengan bebas memilih salah satu dari tiga jenis kharokat.
? Mudghomfih dikarokati fatkhah karena fatkhah merupakan paling ringan-ringannya kharokat (kebanyakan orang Najd & bani Asad)
? Mudghomfih dikarokati kasroh karena jika ada huruf yang mati maka pengharokatannya dengan kasroh(Bani Ka’ab)
? Khusuh bagi lafadz yang berasal dari fi’il yang mengikuti wazan يفعل (dengan didhommah ‘ain fi’ilnya) mudghomfih dikarokati boleh dhommah karena mengikuti kharokat ‘ain fi’ilnya (lihat Ibnu ‘aqil fasal filmudho’af waahkamiha)
Contoh : مد / لم يمد (idghom) / امدد يمدد لم (idzhar)
مُدّ اصله اُمْدُدْ علي وزن افعل نقلت حركة الدال الاولى الي ما قبلها لأجل شرط الإدغام فصار اُمُدْدْ فالتقى الساكنان هما الدالان ثم حركت الدال الثنية فتحة لانها اخف الحركة فصار اُمُدْدَ / ثم حركت الدال الثنية كسرة لأن الساكن اذا حرك حرك بالكسر فصار اُمُدْدِ / ثم حركت الدال الثنية ضمة تبعا لمضارعه (لعين فعله) فصار اُمُدْدُ ثم ادغمت الدال الاولى في الثانية للمجانسة فصار اُمُدّ ثم حذفت همزة الوصل لعدم الإحتياج اليها فصار مُدّ
b. Apabila kedua huruf yang sejenis tersebut berupa ya’ yang masing-masing terdapat pada ‘ain dan lam fi’il.
Contoh : حيّّ / عيّ (idghom) / حيي عيي (tidak diidghomkan)
c. Fi’il madhi yang didahului dua huruf “tak” boleh dibaca idghom dengan perantara hamzah washol dan boleh dibaca idzhar.
Contoh : تتابع bisa diidghomkan menjadi اتّابع
اتابع اصله تتابع علي وزن تفاعل اسكنت التاء الاولى لأجل شرط الإدغام وزيدت همزة الوصل في اوله فصار اتتابع ثم ادغمت التاء الاولى في الثانية للمجانسة فصار اتابع
C. Mumtanak Idzghom
Dua huruf yang sejenis tidak dikenakan hukum idzghom dan wajib dibaca idhar apabila termasuk dalam ketentuan-ketentuan sebagai berikut :
1. Dua huruf yang sejenis bereda diawal kalimat
contoh : ددن (senda gurau) تتر (bangsa Tartar) تتن (tembakau )
2. Mengikuti salah satu wazan berikut :
N فعل مثل : جُدَدٌ - ذرر - صفف - حجج
N فعل مثل : ذلل - سرر
N فعل مثل : كلل - لمم
N فعل مثل : لبب - طلل
3. Terdapat pada fi’il bina’ mulkhaq (ملحق) contoh : هَيْلل - جَلْبَبَ
4. Bertemu dengan dhomir mutakharrik rufi’ (asalkan dhomirnya tidak sama dengan lam fi’ilnya) contoh :فرَرْتُمْ - مَدَدْنا
5. Mengikuti wazan fi’il ta’ajjubأفْعِلْ بِ contoh :أحبب بقلبك
6. Mudgom bersambung dengan mudghomfih sebelumnya contoh : حبّب - مدّد
BINA’ MAHMUZ
Mempunyai pengertian : ما كان احد اصول حروفه همزة
Setiap kalimat yang salah satu asal hurufnya berupa hamzah, bina’ mahmuz terbagi menjadi 3 yaitu : a). mahmuz fa’ jika hamzahnya terdapat pada fa’ fi’ilnya, b). mahmuz ‘ain jika ‘ain fi’ilnya berupa hamzah c). mahmuz lam jika lam fi’ilnya berupa hamzah.
Hukum binak mahmuz sama seperti dengan bina’ shohih dikarenakan hamzah merupakan huruf shohih yang bisa mempunyai kharokat seperti layaknya huruf shohih yang lainnya. Akan tetapi terkadang hamzah akan tertakfif (diringankan) dengan cara ditukar dengan huruf yang lainnya (huruf ‘ilat) atau akan dibuang, disebabkan hamzah merupakan huruf yang berat dilafadzkan, yakni dari pangkal tenggorokan.
Hukum pentasrifan bina’ mahmuz sama seperti fi’il yang lainnya jika bina’ mahmuz shohih maka pentasrifannya seperti layaknya binak’ shohih. Untuk lebih jelas perhatikan tabel dibawah ini :
Persamaan pentasrifan bina’ mahmuz
No
Lafadz
Bina’
Diserupakan
dengan
Bina’
1
أدب
Mahmuz Shohih
كرم
Shohih
2
وأد
Mahmuz Mitsal
وعد
Mitsal
3
جاء
Mahmuz Ajwaf
كال
Ajwaf
4
أتى
Mahmuz Naqis
رمى
Naqis
5
أوى
Mahmuz Lafif Maqrun
شوى
Lafif Maqrun
6
وأى
Mahmuz Lafif Mafruq
وقى
Lafif Mafruq
Keterangan :
v Penyerupaan pentasrifan harus sama dalam mengikuti wazan-wazannya
v Harus sama antara keduanya tentang bina’nya, jika bina’ mahmuz ajwaf wawi maka penyerupaan pentasrifannya sama dengan bina’ ajwaf wawi tidak boleh diserupakan dengan bina’ ajwaf ya’
v Terkadang dalam bentuk mahmuznya tidak deserupakan secara keseluruhannya dalam pentasrifannya dikarenakan dalam bentuk mahmuz terdapat hukum pentahfifan
v Hukum bina’ mahmuz jika terdapat huruf ‘ilat maka bina’ mahmuz tersebut juga akan terkenai hukum pengi’lalan sebagaimana mestinya.
Hamzah akan ditakhfif dengan diubah dengan huruf ‘ilat, dengan syarat terdapat dua hamzah yang bersamaan dalam satu kalimat dan hamzah yang kedua mati, dan akan tampak kembali ketika diwasholkan dalam pelafalannya jika hamzah yang awal berupa hamzah washol, pentahfifan semacam ini sesuai dengan qo’idah ke- 11, serta mempunyai mempunyai beberapa kriteria sebagai berikut:
a Hamzah akan dirubah menjadi alif ketika huruf sebelum hamzah berkharokat fatkhah. Contoh : اأمن menjadi امن
امن اصله اأمن على وزن افعل ابدلت همزة الثانية الفا لسكونها وانفتاح ما قبلها فصار امن
a Hamzah akan dirubah menjadi wawu ketika huruf sebelum hamzah berkharokat dhommah. Contoh : اؤمن menjadi اومن
اومن اصله اؤمن على وزن افعل ابدلت همزة الثانية واوا لسكونها واضمام ما قبلها فصار اومن
a Hamzah akan dirubah menjadi ya’ ketika huruf sebelum hamzah berkharokat kasroh. Contoh : ائمان menjadi ايمان
ايمان اصله ائمان على وزن افعال ابدلت همزة الثانية ياء لسكونها وانكسار ما قبلها فصار ايمان
Lafadz تِ , يرى , كلْ , مُرْ, خذ hamzahnya dibuang dikarenakan kebanyakan orang-orang Arab memakainya dengan hamzah yang terbuang, dengan alasan untuk meringankan pelafalannya karena jika hamzahnya tidak dibuang dirasakan sangat berat dalam melafalkannya dan lafadz-lafadz tersebut lafal yang sering diucapkan oleh mereka.
يرى اصله يرأي علي وزن يفعل نقلت حركة الهمزة الى ما قبلها للتخفيف فصار يرأي ثم حذفت الهمزة لكثرة الاستعمال فصار يري ثم قلبت الياء الفا لتحركها وانفتاح ما قبلها فصار يرى
ر اصله ارأي علي وزن يفعل نقلت حركة الهمزة الى ما قبلها للتخفيف فصار ارأي ثم حذفت الهمزة لكثرة الاستعمال فصار اري ثم حذفت الياء على انه معتل الاخر فصار ار ثم حذفت همزة الوصل لعدم الاحتياج اليها فصار ر
خذ اصله أؤحذ علي وزن افعل حذفت الهمزة الثانية لكثرة الاستعمال فصار أحذ ثم حذفت همزة الوصل لعدم الاحتياج اليها فصار خذ
BINA’ MU’TAL
Mempunyai pengertian : ما كان احد اصول حروفه حرف علة
Yaitu setiap kalimat yang salah satu huruf asalnya berupa huruf ilat wawu atau ya’.
Huruf ilat alif dalam kategori ini tidak dimasukkan dalam huruf asal karena alif merupakan hasil perubahan dari wawu dan ya’.
Bina’ mu’tal terbagi menjadi 7 macam :
1. Mu’tal fa’ (mitsal)
2. Mu’tal ‘ain (ajwaf)
3. Mu’tal lam (naqis)
4. Mu’tal ’ain dan lam (lafif maqrun)
5. Mu’tal fa’ dan lam (lafif mafruq)
6. Mu’tal fa’ dan ‘ain
7. Mu’tal fa’, ‘ain dan lam (majmu’)
(lihat al-kailani)
A. Mu’tal Fa’ ( Mitsal )
Mempunyai pengertian : ما كان فاءه حرف علة
Setiap kalimat yang fa’ fi’ilnya berupa huruf ‘ilat. Fi’il ini dikatakan sebagai fi’il binak mitsal karena dalam bentuk madhinya menyerupai fi’il binak shohih dalam segi kuatnya menyandang kharokat. Fi’il binak mitsal terbagi menjadi dua : mitsal wawi (jika fa’ fi’ilnya berupa wawu) dan mitsal ya’ (jika fa’ fi’ilnya berupa ya’)
Contoh : ومق ( mitsal wawi )
يسر ( mitsal yak)
* Hukum-hukum wawu dan ya’ pada fi’il binak mitsal *
1. Mitsal wawi
Dalam hal ini wawu akan mengalami beberapa hukum pengi’lalan diantaranya :
a. Wawu akan terbuang tatkala fi’il tersebut mengikuti wazan يفعل (dikasroh ‘ain fi’ilnya) dan bentuk amarnya, karena sulitnya pengucapan wawu yang terletak diantara kharokat fatkhah dan kasroh. hal ini sesuai dengan qo’idah ke 7 dalam qowa’idul I’lal karya Mundzir Nadzir.
يعد اصله يوعد على وزن يفعل حذفت الواو لوقوعها بين الفتحة والكسرة وقبلها حرف المضارعة فصار يعد
عد اصله اوعد على وزن افعل حذفت الواو تبعا لمضارعه فصار اعد ثم حذفت همزة الوصل لعدم الاحتياج اليها فصار عد
wawu juga akan terbuang jika terdapat pada isim masdar yang mengikuti wazan فعلة (dikasroh fa’nya dan difatkhah lamnya) contoh : عدة - صفة
عد اصله وعدا على وزن فعلا حذفت الواو بعد سلب حركتها الى ما بعدها فصار عدا ثم عوضت التاء عن الواو المحذوفة في الأخر فصار عدة
b. Wawu akan dibalik menjadi ya’ tatkala berada pada fi’il amar yang mengikuti wazan افعل karena wawu tersebut jatuh setelah kharokat kasroh (lihat qo’idah ke-8 ) contoh :
ايجل اصله اوجل على وزن افعل قلبت الواو ياء لسكونها وانكسارما قبلها فصار ايجل
c. Wawu akan diubah menjadi ta’ katika fi’il tersebut mengikuti wazan افتعل karena sulitnya pengucapan wawu dan ta’ secara bersamaan disebabkan saling berdekatan makroj kedua huruf tersebut dan bedanya sifat hurufnya (ta’ bersifat mahmusiyah sedangkan wawu bersifat jahr). perubahan ini sesuai dengan qo’idah ke 18.
اتعد اصله اوتعد على وزن افتعل ابدلت الواو تاء لعسرالنطق بالواو ولقربهما في المخرج فصار اتتعد ثم اذغمت التاء الاولى في الثانية للمجانسة فصار اتعد
Sedangkan fi’il yang tidak mengikuti wazan-wazan diatas (pada a,b dan c) maka wawu tersebut akan tetap, tidak akan ada hukum pengi’lalan.
Contoh : وجه - يوجه - اوجه
2. Mitsal ya’
a. Ya’ dalam mitsal ya’ akan dibalik menjadi wawu ketika fi’il tersebut mengikuti wazan يفعل (didhommah huruf mudhoro’ahnya dan dikasroh ‘ain fi’ilnya ) isim fa’ilnya (مفعل ), isim maf’ul serta isim zaman dan makannya (مفعل). karena ya’ tersebut mati dan huruf sebelumya berkharokat dhommah. hal ini sejalan dengan qo’idah 14.
يوسر اصله ييسرعلى وزن يفعل قلبت الياء واوا لسكونها وانضمام ما قبلها فصار يوسر
b. Ya’ akan berubah menjadi tak ketika mengikuti wazan افتعل, hal ini sama dengan mitsal wawu ketika mengikuti wazan tersebut.
متسراصله ميتسر على وزن مفتعل ابدلت الياء تاء لعسرالنطق بالياء ولقربهما في المخرج فصار متتسر ثم اذغمت التاء الاولى في الثانية للمجانسة فصار متسر
Selain mengikuti wazan-wazan pada a & b maka ya’ tersebut tetap tidak ada pengi’lalan. Contoh : يسر - ييسر - ايسر
B. Mu’tal ‘ain ( Ajwaf )
Mempunyai pengertian : ما كانت عينه حرف علة
Setiap kalimat yang ‘ain fi’ilnya berupa huruf ‘ilat. Fi’il ini dikatakan sebagai binak ajwaf karena kosongnya tengah-tengah fi’il tersebut dari huruf shohih seakan-akan seperti perut yang tengahnya kosong. juga dinamakan sebagai fi’il dzu tsalasah karena fi’il tersebut berstukturkan 3 huruf ketikan terdapat pada fi’il yang mempunyai dhomir هن , انت , انت , انا, dikarenakan ada huruf yang terbuang yaitu : ‘ain fi’ilnya.
Fi’il binak ajwaf terbagi menjadi dua yaitu ajwaf wawi ketika a’in fi’ilnya berupa wawu dan ajwaf ya’I ketika ‘ain fi’ilnya berupa ya’.
contoh : قال ajwaf wawi karena asalnya adalah قول
باع ajwaf ya’I karena asalnya adalah بيع
Binak ajwaf tidak akan lepas dari yang namanya proses pengi’lalan dalam segala bentuknya, diantaranya :
1. Fi’il Madhi
a. Wawu atau ya’ akan dibalik menjadi alif ketika fi’il tersebut mempunyai dhomir هو sampai هما dikarenakan berkharokatnya wawu atau ya’ dan huruf sebelumnya berkharokat fatkhah (lihat qo’idah 1).
قال menjadi قول هو سار menjadi سير
قالا menjadi قولا هما سارا menjadi سيرا
قالوا menjadi قولوا هم ساروا menjadi سيروا
قالت menjadi قولت هي سارت menjadi سيرت
قالتا menjadi قولتا هما سارتا menjadi سيرتا
قال اصله قول على وزن فعل قلبت الواو الفا لتحركها وانفتاح ما قبلها فصار قال
b. Pada fi’il yang mempunyai dhomir هن sampai نحن, huruf ‘ilat tersebut akar terbuang karena adanya dua huruf yang mati bersamaan. Sedangkan kharokat fa’ fi’ilnya sesuai dengan huruf ‘ilat tersebut (jika berupa wawu maka kharokatnya dhommah dan jika ya’ maka kharokatnya kasroh)
قلن menjadi قولن انتن سرن menjadi سيرن
قلت menjadi قولت انت سرت menjadi سيرت
قلتما menjadi قولتما انتما سرتما menjadi سيرتما
قلتم menjadi قولتم انتم سرتم menjadi سيرتم
قلت menjadi قولت انت سرت menjadi سيرت
قلتما menjadi قولتما انتما سرتما menjadi سيرتما
قلتن menjadi قولتن انتن سرتن menjadi سيرتن
قلت menjadi قولت انا سرت menjadi سيرت
قلنا menjadi قولنا نحن سرنا menjadi سيرنا
قلت اصله قولت على وزن فعلت قلبت الواو الفا لتحركها وانفتاح ما قبلها فصار قالت فالتقى الساكنان هما الالف واللام ثم حذفت الواو دفعا عن التقاء الساكنين فصار قلت ثم حركت القاف ضمة دلالة على الواو المحذوفة فصار قلت
قلت اصله قولت على وزن فعلت نقل الى وزن فعلت بعد سلب حركتها فصار قولت فالتقى الساكنان هما الواو واللام ثم حذفت الواو دفعا عن التقاء الساكنين فصار قلت
c. Jika fi’il tersebut dimajhulkan maka kharokat fa’ fi’ilnya selamanya akan dikasroh, jika ajwaf wawi maka wawu tersebut akan dirubah menjadi ya’.
قيل اصله قول على وزن فعل نقلت حركة الواو الي ما قبلها بعد سلب حركتها فصار قول ثم قلبت الواو ياء لسكونها وانكسارما قبلها فصار قيل
2. Fi’il Mudhori’
Dalam fi’il mudhorik juga ada hukum pengi’lalan yaitu :
a. Pemindahan harokat ‘ain fi’il ke depannya (fa’ fi’il) dikarenakan kuatnya huruf shohih dalam menerima kharokat daripada huruf ‘ilat. hal ini dikuatkan oleh qo’idah ke 2 pada qowa’idul I’lal.
يقول اصله يقول على وزن يفعل نقلت حركة الواو الي ما قبلها لقوة حرف صحيح وضعف حرف علة فصار يقول
b. Wawu atau ya’ akan dibalik menjadi alif ketika fi’il tersebut mengikuti wazan يفعل (difatkhah ‘ain fi’ilnya) atau benbentuk fi’il mabdi majhul, pembalikan ini terjadi setelah adanya pemindahan harokat ‘ain fi’il kedepannya, wawu atau ya’ bisa dibalik menjadi alif dikarenakan pada aslinya mempunyai harokat. (lihat qo’idah 12.)
يقال اصله يقول على وزن يفعل نقلت حركة الواو الي ما قبلها لقوة حرف صحيح وضعف حرف علة فصار يقول ثم قلبت الواو الفا لتحركها في الاصل وانفتاح ما قبلها الان فصار يقال
c. Wawu atau ya’ tersebut akan dibuang (setelah pemindahan harokatnya kedepannya) ketika fi’il mudhorik tersebut kemasukan amil jazem, berdhomiهن dan انتن dikarenakan adanya dua huruf yang mati bersamaan.
لم يقل اصله لم يقول على وزن لم يفعل نقلت حركة الواو الي ما قبلها لقوة حرف صحيح وضعف حرف علة فصار لم يقول فالتقى الساكنان هما الواو واللام ثم حذفت الواو دفعا عن التقاء الساكنين فصار لم يقل
3. Fi’il Amar
Dalam fi’il amar hukum wawu dan ya’ sama dengan fingil mudhori’ yang dijazemkan cuman di tambah I’lanya dengan pembuangan hamzah washol, karena tidak dibutuhkan.
قل اصله اقول على وزن افعل نقلت حركة الواو الي ما قبلها لقوة حرف صحيح وضعف حرف علة فصار اقول فالتقى الساكنان هما الواو واللام ثم حذفت الواو دفعا عن التقاء الساكنين فصار اقل ثم حذفت همزة الوصل لعدم الاحتياج اليها فصار قل
4. Isim Fa’il
Isim fa’il wawu atau yak akan berubah menjadi hamzah dikarenakan jatuh setelah alif zaidah, perubahan ini sesuai dengan qo’idah 3.
قائل اصله قاول على وزن فاعل ابدلت الواو همزة لوقوعها بعد الف زائدة مع كونها عين اسم فاعل من اجوف فصار قائل
5. Isim Maf’ul
Dalam bentuk ini ada perbedaan tentang huruf yang dibuang, menurut Imam Sibawaih yang dibuang adalah wawu maf’ulnya sedangkan menurut Imam Abi Hasan al-Ahfas huruf yang dibuang adalah ‘ain fi’ilnya. sedangkan ulama’ banu Tamim berpendapat : dalam ajwaf ya’ ketika berbentuk isim maf’ul, tidak ada huruf yang dibuang, tetap seperti wazannya (مبيوع ). Hal ini juga diterangkan dalam qo’idah 15.
مقول اصله مقوول على وزن مفعول نقلت حركة الواو الي ما قبلها لقوة حرف صحيح وضعف حرف علة فصار مقوول فالتقى الساكنان هما الواوان ثم حذفت واو المفعول عند سبويه او عين الفعل عند أبى الحسن الأخفش دفعا عن التقاء الساكنين فصار مقول
مكيل اصله مكيول على وزن مفعول نقلت حركة الياء الي ما قبلها لقوة حرف صحيح وضعف حرف علة فصار مكيول فالتقى الساكنان هما الياء والواو ثم حذفت الواو عند سبويه دفعا عن التقاء الساكنين فصار مكيل ثم كسرت الكاف لسلامة الياء فصار مكيل
مكيل اصله مكيول على وزن مفعول نقلت حركة الياء الي ما قبلها لقوة حرف صحيح وضعف حرف علة فصار مكيول فالتقى الساكنان هما الياء والواو ثم حذفت الياء عند أبى الحسن الأخفش دفعا عن التقاء الساكنين فصار مكول ثم كسرت الكاف للدلالة علي الياء المحذوفة فصار مكول ثم قلبت الواو ياء لسكونها وانكسارما قبلها فصلر مكيل
6. Dalam tsulasi mazid fi’il bina’ ajwaf juga terdapat hukum pe’i’lalan yaitu terdapat pada fi’il yang mengikuti wazan افعل - استفعل - انفعل افتعل dan tasrifannya.
اجاب اصله اجوب على وزن افعل نقلت حركة الواو الي ما قبلها لقوة حرف صحيح وضعف حرف علة فصار اجوب ثم قلبت الواو الفا لتحركها في الاصل وانفتاح ما قبلها الان فصار اجاب
مستقيم اصله مستقوم على وزن مستفعل نقلت حركة الواو الي ما قبلها لقوة حرف صحيح وضعف حرف علة فصار مستقوم ثم قلبت الواو ياء لسكونها وانكسارما قبلها فصار مستقيم
منقاد اصله منقود على وزن منفعل قلبت الواو الفا لتحركها وانفتاح ما قبلها فصار منقاد
اختر اصله اختير على وزن افتعل قلبت الياء الفا لتحركها وانفتاح ما قبلها فصار اختار فالتقى الساكنان هما الالف والراء ثم حذفت الالف دفعا عن التقاء الساكنين فصار اختر
C. Mu’tal Lam ( Naqis )
mempunyai definisi : ما كانت لامه حرف علة
Setiap kalimat yang lam fi’ilnya berupa hurf ‘ilat. Fi’il ini dikatakan sebagai fi’il bina’ naqis karena kurangnya khuruf shohih dan kharokat pada lam fi’ilnya. Juga dikatakan sebagai fi’il dzu arba’ah ketiak fi’il tersebut berbentuk fi’il madhi mujarrod dan mempunyai dhomir yang terkandung didalamnya berupa انا, انت , انت , هن , .
HUKUM WAWU DAN YA’
1. Wawu atau ya’ akan berubah menjadi alif tatkala wawu atau yak tersebut mempunyai kharokat (pada asliya) dan huruf sebelumnya berkharokat fatkhah, sebagian besar penulisan alif menggunakan alif layinah (ى ) bukan lazimah (alif biasa : ا ) hukum perubahan wawu atau ya’ menjadi alif, dikuatkan dengan qo’idah pertama dalam qowa’idul i’lal. perubahan ini dalam fi’il bina’ naqis diantaranya terletak pada :
a. Fi’il madhi tsulasi mujarrod yang mengikuti wazan فعل wawu diubah menjadi alif biasa sedangkan ya’ diubah menjadi alif layinah yang berguna untuk membedakan antara wawu atau ya’ yang diubah, Contoh :
غزا اصله غزو على وزن فعل قلبت الواو الفا لتحركها وانفتاح ما قبلها فصار غزا
رمى اصله رمي على وزن فعل قلبت الياء الفا لتحركها وانفتاح ما قبلها فصار رمى
b. Fi’il mudhor’ yang mengikuti wazan يفعل , atau dalam keadaan dimajhulkan. Akan tetapi wawu jika terletak pada stuktur ke 4 (urutan ke 4) atau lebih, akan diubah menjadi ya’ terlebih dahulu kemudian diubah lagi menjadi alif. lihat qo’idah 6.
يرضى اصله يرضو على وزن يفعل قلبت الواو ياء لوقوعها رابعة في الطرف ولم يكن ما قبلها مضموما فصار يرضي ثم قلبت الياء الفا لتحركها وانفتاح ما قبلها فصار يرضى
يخشى اصله يخشي على وزن يفعل قلبت الياء الفا لتحركها وانفتاح ما قبلها فصار يخشى
c. Fi’il tsulasi mazid yang sesuai dengan qo’idah pertama akan tetapi dalam fi’il tsulasi mazid, naqis wawi juga tidak bisa langsung diubah menjadi alif melainkan harus diubah menjadi ya’ dahulu kemudian diubah lagi menjadi alif. juga terdapat pada isim maf’ul, zaman dan makannya. lihat qo’idah 6.
اعطى اصله اعطو على وزن افعل قلبت الواو ياء لوقوعها رابعة في الطرف ولم يكن ما قبلها مضموما فصار اعطي ثم قلبت الياء الفا لتحركها وانفتاح ما قبلها فصار اعطى
مشترى اصله مشتري على وزن مفتعل قلبت الياء الفا لتحركها وانفتاح ما قبلها فصار مشترى
مستقصى اصله مستقصو على وزن مستفعل قلبت الواو ياء لوقوعها سادسة في الطرف ولم يكن ما قبلها مضموما فصار مستقصي ثم قلبت الياء الفا لتحركها وانفتاح ما قبلها فصار مستقصى
2. Khusus naqis wawi jika jatuh setelah kharokat dhommah maka wawunya harus diubah menjadi ya’, berdasarkan qo’idah ke 8
رضي اصله رضو علي وزن فعل قلبت الواو ياء للتحركها وانكسارما قبلها فصار رضي
3. Jika wawu atau ya’ berkharokat dhomah, maka kharokat dhommah akan disukun. lihat qo’idah 5.
يغزو اصله يغزو علي وزن يفعل اسكنت الواو لاستسقال الضمة عليها فصار يغزو
يرمي اصله يرمي علي وزن يفعل اسكنت الواو لاستسقال الضمة عليها فصار يرمي
4. Wawu atau ya’ tersebut akan terbuang, pembuangan ini terdapat pada beberapa tempat diantanya pada :
a. pada fi’il madhi yang mempunyai dhomir هما, هي , هم (muannas) contoh :
غزوا اصله غزووا علي وزن فعلوا قلبت الواو الأولى الفا لتحركها وانفتاح ما قبلها فصار غزاوا فالتقى الساكنان هما الالف والواو ثم حذفت الالف دفعا عن التقاء الساكنين فصار غزوا
غزت اصله غزوت علي وزن فعلت قلبت الواو الفا لتحركها وانفتاح ما قبلها فصار غزات فالتقى الساكنان هما الالف والتاء ثم حذفت الالف دفعا عن التقاء الساكنين فصار غزت
غزتا اصله غزوت علي وزن فعلت قلبت الواو الفا لتحركها وانفتاح ما قبلها فصار غزات فالتقى الساكنان هما الالف والتاء ثم حذفت الالف دفعا عن التقاء الساكنين فصار غزت ثم زيدت الف التثنية في اخره وحركت التاء فتحة لمناسبة الالف فصار غزتا
b. Ketika berbentuk fi’il mudhori’ yang mempunyai dhomir muannasah mukhotobah.
تغزين اصله تغزوين علي وزن تفعلين نقلت حركة الواو الي ما قبلها بعد سلب حركتها فصار تغزوين فالتقى الساكنان هما الواو والياء ثم حذفت الواو دفعا عن التقاء الساكنين فصار تغزين
c. Fi’il mudhori’ ketika kemasukan amil jazem, dan tidak bertemu dengan syai’ contoh: لم يغز - لم يرض
d. Pada isim fa’il yang tidak ada alta’rifnya. Lihat qo’idah 5, Contoh غاز
غاز اصله غازو على وزن فاعل اسكنت الواو لاستسقال الضمة عليها فصار غازو فالتقى الساكنان هما الواو والتنوين ثم حذفت الواو دفعا عن التقاء الساكنين فصار غاز
e. Fi’il amar yang sepi dari syai’ contoh : اغز - ارض
D. Mu’tal ’ain dan lam (lafif maqrun)
Mempunyai definisi : ما كانت عينه ولامه حرفي علة
Yaitu setiap kalimat yang ‘ain dan lam fi’ilnya berupa huruf ‘ilat, fi’il ini dinamakan fi’il binak lafif maqrun karena bersamaannya dua huruf ‘ilat yang bersamaan tanpa adanya suatu pemisah diantara dua huruf ‘ilat tersebut.
Hukum binak lafif maqrun hakikatnya sama dengan fi’il bina’ naqis namun ada penambahan pengi’lalan jika ‘ain fi’ilnya berupa wawu yang mati sedangkan lam fi’ilnya berupa ya’ maka wawu tersebut diubah menjadi ya’ kemudian diidzghomkan. Hal ini sesuai dengan qo’idah 4.
شيا اصله شويا على وزن فعلا قلبت الواو ياء لاجتماعهما في كلمة واحدة وسبقت احداهما بالسكون فصار شييا ثم اذغمت الياء الاولى في الثانية للمجانسة فصار شيا
ريان اصله رويان على وزن فعلان قلبت الواو ياء لاجتماعهما في كلمة واحدة وسبقت احداهما بالسكون فصار رييان ثم اذغمت الياء الاولى في الثانية للمجانسة فصار ريان
E. Mu’tal fa’ dan lam (lafif mafruq)
Mempunyai definisi : ما كان فاءه ولامه حرفي علة
Yaitu setiap kalimat yang fa’ dan lam fi’ilnya berupa huruf ‘ilat, fi’il ini dinamakan fi’il binak lafif mafruq karena adanya dua huruf ‘ilat pada fi’il tersebut dan adanya huruf yang memisahkan diantara keduanya.
Hukum-hukumnya juga sama dengan fi’il bina’ mitsal dan naqis dikarenakan khuruf ‘ilatnya terdapat pada fa’ fi’il (mitsal) dan lam fi’il (naqis), namun terkadang kedua huruf ‘ilat tersebut akan terbuang semuanya. Yaitu terdapat pada fi’il amarnya, dan ditambahkan pula ha’ sakat ketika fi’il amar tersebut dalam keadaan waqof.
ق اصله اوقي على وزن افعل حذفت الياء على انه معتل الاخر فصار اوق ثم حذفت الواو تبعا لمضارعه فصار اق ثم حذفت همزة الوصل لعدم الاحتياج اليها فصار ق
F. Mu’tal fa’ dan ‘ain
Mempunyai definisi : ما كانت فاءه وعينه حرفي علة
Yaitu setiap kalimat yang fa’ dan ‘ain fi’ilnya berupa huruf ‘ilat, kalimat ini hanya terdapat dalam kalimah isim saja tidak terdapat pada kalimat fi’il. Contoh : يوم ويل ,
G. Mu’tal fa’, ‘ain dan lam (Majmu’)
Mempunyai definisi : ما كانت فاءه وعينه ولامه حروف علة
Yaitu setiap kalimat yang fa’, ‘ain dan lam fi’ilnya berupa huruf ‘ilat, kalimat ini dikatakan sebagai bina’ majmu’ dikarenakan seluruh dari struktur kalimat tersebut terbentuk dari huruf ‘ilat semua. Kalimat ini merupakan suatu nama dari dua buah huruf ي dan و , yaitu ياء dan واو
واو اصله ووو على وزن فعل قلبت الواو الثانية الفا لتحركها وانفتاح ما قبلها فصار واو
ياء اصله ييي على وزن فعل قلبت الياء الثانية الفا لتحركها وانفتاح ما قبلها فصار ياي ثم ابدلت الياء الاخرة همزة تخفيفا فصار ياء
Huruf wawu maupun ya’ yang diubah terletak pada ‘ain fi’ilnya dikarenakan tidak disukainya berkumpulnya dua huruf ‘ilat yang hidup diawal kalimat dan sulitnya dalam pengucapan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
kesuwun pun mampir