Cara seseorang dalam melakukan penghayatan saat ziarah kubur berbeda-beda. Ada yang cukup dengan membacakan Surat Yasin dan Tahlil. Ada yang merasa kurang puas jika tidak mendekati makam, bahkan ada pula yang cukup berlebihan dalam berziarah sampai mencium nisan, mengusap tanah sekitar makam pada wajah dan aneka ekspresi lain yang biasanya kita lihat ketika ziarah.
Sebenarnya bagaimana hukum mencium batu nisan saat ziarah?
Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, sebaiknya dipahami bahwa bersikap berlebihan dalam urusan agama adalah hal yang terlarang, termasuk berlebihan dalam melaksanakan ritual ziarah kubur ini. Rasulullah ﷺ bersabda:
ﺇِﻳَّﺎﻛُﻢْ ﻭَﺍﻟْﻐُﻠُﻮَّ ؛ ﻓَﺈِﻧَّﻤَﺎ ﻫَﻠَﻚَ ﻣَﻦْ ﻛَﺎﻥَ ﻗَﺒْﻠَﻜُﻢْ ﺑِﺎﻟْﻐُﻠُﻮِّ ﻓِﻲ ﺍﻟﺪِّﻳﻦِ
“Waspadalah kalian pada sikap berlebihan. Sesungguhnya binasanya orang-orang sebelum kalian disebabkan berlebihan dalam urusan agama.” (HR. Ahmad)
Salah satu contoh bentuk sikap yang berlebihan dalam konteks kuburan adalah hal yang dilakukan oleh kaum yahudi dan nasrani di masa silam, mereka menjadikan makam nabi mereka sebagai masjid. Padahal melakukan ritual shalat di sekitar kuburan adalah hal yang tidak dianjurkan sebab dikhawatirkan mengikis makna shalat yang berupa menyembah hanya pada Allah ﷻ.
Hal demikian dijelaskan dalam hadits:
ﻟَﻌْﻨَﺔُ ﺍﻟﻠﻪِ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟْﻴَﻬُﻮﺩِ ﻭَﺍﻟﻨَّﺼَﺎﺭَﻯ ﺍﺗَّﺨَﺬُﻭﺍ ﻗُﺒُﻮﺭَ ﺃَﻧْﺒِﻴَﺎﺋِﻬِﻢْ ﻣَﺴَﺎﺟِﺪَ
“Semoga laknat Allah tertuju pada kaum yahudi dan nasrani yang menjadikan kuburan para nabi mereka sebagai masjid (tempat peribadatan).” (HR. An-Nasa’i)
Berdasarkan penjelasan di atas, para ulama’ berpendapat bahwa mencium nisan kuburan saat ziarah merupakan termasuk bentuk berlebih-lebihan dalam melaksanakan ritual ziarah, sehingga merupakan hal yang tidak dianjurkan untuk dilakukan saat ziarah. Bahkan menurut Imam Abu al-Hasan al-Marzuki, tindakan mencium nisan kuburan ini tergolong sebagai bid’ah munkarah (bid’ah yang terlarang) yang harus dijauhi dan melarang orang yang melakukan tindakan ini.
ﻗﺎﻝ ﺃﺑﻮ ﺍﻟﺤﺴﻦ ﻭﺍﺳﺘﻼﻡ ﺍﻟﻘﺒﻮﺭ ﻭﺗﻘﺒﻴﻠﻬﺎ ﺍﻟﺬﻯ ﻳﻔﻌﻠﻪ ﺍﻟﻌﻮﺍﻡ ﺍﻵﻥ ﻣﻦ ﺍﻟﻤﺒﺘﺪﻋﺎﺕ ﺍﻟﻤﻨﻜﺮﺓ ﺷﺮﻋﺎ ﻳﻨﺒﻐﻲ ﺗﺠﻨﺐ ﻓﻌﻠﻪ ﻭﻳﻨﻬﻲ ﻓﺎﻋﻠﻪ
“Imam Abu al-Hasan berkata “mengusap dan mencium kuburan seperti yang dilakukan oleh orang awam saat ini adalah tergolong bid’ah munkarah secara syara’, hendaknya untuk dihindari dan dicegah orang yang melakukan hal ini.” (Syekh Abu Zakaria Yahya an-Nawawi, al-Majmu’ ala Syarh al-Muhadzab , juz 5, hal. 311).
Baca juga:
• Adab-adab dalam Berziarah Kubur
• Hukum Melangkahi Kuburan
• Hukum Menandai Makam dengan Papan atau Batu Nisan
Selain tergolong sebagai bid’ah munkarah yang terlarang, mencium nisan kuburan ini juga tergolong sebagai perilaku yang biasa dilakukan oleh kaum nasrani, seperti yang dijelaskan dalam kitab Mauidzah al-Mu’minin:
ﻭَﺍﻟْﻤُﺴْﺘَﺤَﺐُّ ﻓِﻲ ﺯِﻳَﺎﺭَﺓِ ﺍﻟْﻘُﺒُﻮﺭِ ﺃَﻥْ ﻳَﻘِﻒَ ﻣُﺴْﺘَﺪْﺑِﺮَ ﺍﻟْﻘِﺒْﻠَﺔِ ﻣُﺴْﺘَﻘْﺒَﻠًﺎ ﻟِﻮَﺟْﻪِ ﺍﻟْﻤَﻴِّﺖِ ، ﻭَﺃَﻥْ ﻳُﺴَﻠِّﻢَ ﻭَﻟَﺎ ﻳَﻤْﺴَﺢَ ﺍﻟْﻘَﺒْﺮَ ﻭَﻟَﺎ ﻳَﻤَﺴَّﻪُ ﻭَﻟَﺎ ﻳُﻘَﺒِّﻠَﻪُ ، ﻓَﺈِﻥَّ ﺫَﻟِﻚَ ﻣِﻦْ ﻋَﺎﺩَﺓِ ﺍﻟﻨَّﺼَﺎﺭَﻯ
“Hal yang disunnahkan dalam ziarah kubur adalah berpaling dari arah kiblat dengan menghadap pada wajah mayit, mengucapkan salam pada mayit, tidak mengusap, menyentuh dan mencium kuburan, karena hal tersebut adalah sebagian tradisi dari kaum nasrani” (Muhammad Jamaluddin bin Muhammad Said bin Qasim al-Hallaq, Mauidzah al-Mu’minin , hal. 324)
Berbagai larangan yang terdapat dalam referensi di atas belum memandang ketika mencium batu nisan ada niatan tabarruk (mengharap berkah) dari peziarah pada mayit yang terdapat dalam kuburan, dikarenakan mayit termasuk orang-orang yang saleh, ketika ada niatan demikian maka mencium kuburan dianggap sebagai hal yang diperbolehkan.
Penjelasan demikian seperti yang dijelaskan dalam kitab al-Ilal wa Ma’rifat ar-Rijal :
ﺳﺄﻟﺘﻪ ﻋﻦ ﺍﻟﺮﺟﻞ ﻳﻤﺲ ﻣﻨﺒﺮ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭ ﺳﻠﻢ ﻭﻳﺘﺒﺮﻙ ﺑﻤﺴﻪ ﻭﻳﻘﺒﻠﻪ ﻭﻳﻔﻌﻞ ﺑﺎﻟﻘﺒﺮ ﻣﺜﻞ ﺫﻟﻚ ﺃﻭ ﻧﺤﻮ ﻫﺬﺍ ﻳﺮﻳﺪ ﺑﺬﻟﻚ ﺍﻟﺘﻘﺮﺏ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﺟﻞ ﻭﻋﺰ ﻓﻘﺎﻝ ﻻ ﺑﺄﺱ ﺑﺬﻟﻚ
“Aku bertanya padanya (ayahku, Ahmad bin Hanbal) tentang lelaki yang mengusap mimbar Nabi Muhammad ﷺ, dan ber- tabarruk dengan mengusap dan mencium mimbar tersebut, lalu ia melakukan hal yang serupa pada kuburan dengan tujuan mendekatkan diri pada Allah ﷻ. Ia pun menjawab “hal tersebut tidak masalah” (Imam Ahmad bin Hanbal, al-Ilal wa Ma’rifat ar-Rijal , Juz 2, Hal. 492)
Hal yang perlu diperhatikan dalam referensi di atas bahwa bolehnya mencium nisan ini hanya ketika ada tujuan tabarruk , sedangkan kuburan yang dapat diniati
tabarruk hanya terbatas pada makam-makam orang saleh. Sehingga hukum ini tidak bersifat menyeluruh pada semua nisan kuburan.
Demikian penjelasan materi ini, secara umum dapat disimpulkan bahwa mencium nisan kuburan adalah termasuk bid’ah munkarah yang terlarang secara syara’. Larangan ini dikecualikan dalam satu kasus yaitu ketika peziarah mencium nisan kuburan karena ada tujuan tabarruk pada mayit yang bersemayam di kuburan dikarenakan mayit termasuk orang-orang yang saleh. Wallahu a’lam
Sebenarnya bagaimana hukum mencium batu nisan saat ziarah?
Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, sebaiknya dipahami bahwa bersikap berlebihan dalam urusan agama adalah hal yang terlarang, termasuk berlebihan dalam melaksanakan ritual ziarah kubur ini. Rasulullah ﷺ bersabda:
ﺇِﻳَّﺎﻛُﻢْ ﻭَﺍﻟْﻐُﻠُﻮَّ ؛ ﻓَﺈِﻧَّﻤَﺎ ﻫَﻠَﻚَ ﻣَﻦْ ﻛَﺎﻥَ ﻗَﺒْﻠَﻜُﻢْ ﺑِﺎﻟْﻐُﻠُﻮِّ ﻓِﻲ ﺍﻟﺪِّﻳﻦِ
“Waspadalah kalian pada sikap berlebihan. Sesungguhnya binasanya orang-orang sebelum kalian disebabkan berlebihan dalam urusan agama.” (HR. Ahmad)
Salah satu contoh bentuk sikap yang berlebihan dalam konteks kuburan adalah hal yang dilakukan oleh kaum yahudi dan nasrani di masa silam, mereka menjadikan makam nabi mereka sebagai masjid. Padahal melakukan ritual shalat di sekitar kuburan adalah hal yang tidak dianjurkan sebab dikhawatirkan mengikis makna shalat yang berupa menyembah hanya pada Allah ﷻ.
Hal demikian dijelaskan dalam hadits:
ﻟَﻌْﻨَﺔُ ﺍﻟﻠﻪِ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟْﻴَﻬُﻮﺩِ ﻭَﺍﻟﻨَّﺼَﺎﺭَﻯ ﺍﺗَّﺨَﺬُﻭﺍ ﻗُﺒُﻮﺭَ ﺃَﻧْﺒِﻴَﺎﺋِﻬِﻢْ ﻣَﺴَﺎﺟِﺪَ
“Semoga laknat Allah tertuju pada kaum yahudi dan nasrani yang menjadikan kuburan para nabi mereka sebagai masjid (tempat peribadatan).” (HR. An-Nasa’i)
Berdasarkan penjelasan di atas, para ulama’ berpendapat bahwa mencium nisan kuburan saat ziarah merupakan termasuk bentuk berlebih-lebihan dalam melaksanakan ritual ziarah, sehingga merupakan hal yang tidak dianjurkan untuk dilakukan saat ziarah. Bahkan menurut Imam Abu al-Hasan al-Marzuki, tindakan mencium nisan kuburan ini tergolong sebagai bid’ah munkarah (bid’ah yang terlarang) yang harus dijauhi dan melarang orang yang melakukan tindakan ini.
ﻗﺎﻝ ﺃﺑﻮ ﺍﻟﺤﺴﻦ ﻭﺍﺳﺘﻼﻡ ﺍﻟﻘﺒﻮﺭ ﻭﺗﻘﺒﻴﻠﻬﺎ ﺍﻟﺬﻯ ﻳﻔﻌﻠﻪ ﺍﻟﻌﻮﺍﻡ ﺍﻵﻥ ﻣﻦ ﺍﻟﻤﺒﺘﺪﻋﺎﺕ ﺍﻟﻤﻨﻜﺮﺓ ﺷﺮﻋﺎ ﻳﻨﺒﻐﻲ ﺗﺠﻨﺐ ﻓﻌﻠﻪ ﻭﻳﻨﻬﻲ ﻓﺎﻋﻠﻪ
“Imam Abu al-Hasan berkata “mengusap dan mencium kuburan seperti yang dilakukan oleh orang awam saat ini adalah tergolong bid’ah munkarah secara syara’, hendaknya untuk dihindari dan dicegah orang yang melakukan hal ini.” (Syekh Abu Zakaria Yahya an-Nawawi, al-Majmu’ ala Syarh al-Muhadzab , juz 5, hal. 311).
Baca juga:
• Adab-adab dalam Berziarah Kubur
• Hukum Melangkahi Kuburan
• Hukum Menandai Makam dengan Papan atau Batu Nisan
Selain tergolong sebagai bid’ah munkarah yang terlarang, mencium nisan kuburan ini juga tergolong sebagai perilaku yang biasa dilakukan oleh kaum nasrani, seperti yang dijelaskan dalam kitab Mauidzah al-Mu’minin:
ﻭَﺍﻟْﻤُﺴْﺘَﺤَﺐُّ ﻓِﻲ ﺯِﻳَﺎﺭَﺓِ ﺍﻟْﻘُﺒُﻮﺭِ ﺃَﻥْ ﻳَﻘِﻒَ ﻣُﺴْﺘَﺪْﺑِﺮَ ﺍﻟْﻘِﺒْﻠَﺔِ ﻣُﺴْﺘَﻘْﺒَﻠًﺎ ﻟِﻮَﺟْﻪِ ﺍﻟْﻤَﻴِّﺖِ ، ﻭَﺃَﻥْ ﻳُﺴَﻠِّﻢَ ﻭَﻟَﺎ ﻳَﻤْﺴَﺢَ ﺍﻟْﻘَﺒْﺮَ ﻭَﻟَﺎ ﻳَﻤَﺴَّﻪُ ﻭَﻟَﺎ ﻳُﻘَﺒِّﻠَﻪُ ، ﻓَﺈِﻥَّ ﺫَﻟِﻚَ ﻣِﻦْ ﻋَﺎﺩَﺓِ ﺍﻟﻨَّﺼَﺎﺭَﻯ
“Hal yang disunnahkan dalam ziarah kubur adalah berpaling dari arah kiblat dengan menghadap pada wajah mayit, mengucapkan salam pada mayit, tidak mengusap, menyentuh dan mencium kuburan, karena hal tersebut adalah sebagian tradisi dari kaum nasrani” (Muhammad Jamaluddin bin Muhammad Said bin Qasim al-Hallaq, Mauidzah al-Mu’minin , hal. 324)
Berbagai larangan yang terdapat dalam referensi di atas belum memandang ketika mencium batu nisan ada niatan tabarruk (mengharap berkah) dari peziarah pada mayit yang terdapat dalam kuburan, dikarenakan mayit termasuk orang-orang yang saleh, ketika ada niatan demikian maka mencium kuburan dianggap sebagai hal yang diperbolehkan.
Penjelasan demikian seperti yang dijelaskan dalam kitab al-Ilal wa Ma’rifat ar-Rijal :
ﺳﺄﻟﺘﻪ ﻋﻦ ﺍﻟﺮﺟﻞ ﻳﻤﺲ ﻣﻨﺒﺮ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭ ﺳﻠﻢ ﻭﻳﺘﺒﺮﻙ ﺑﻤﺴﻪ ﻭﻳﻘﺒﻠﻪ ﻭﻳﻔﻌﻞ ﺑﺎﻟﻘﺒﺮ ﻣﺜﻞ ﺫﻟﻚ ﺃﻭ ﻧﺤﻮ ﻫﺬﺍ ﻳﺮﻳﺪ ﺑﺬﻟﻚ ﺍﻟﺘﻘﺮﺏ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﺟﻞ ﻭﻋﺰ ﻓﻘﺎﻝ ﻻ ﺑﺄﺱ ﺑﺬﻟﻚ
“Aku bertanya padanya (ayahku, Ahmad bin Hanbal) tentang lelaki yang mengusap mimbar Nabi Muhammad ﷺ, dan ber- tabarruk dengan mengusap dan mencium mimbar tersebut, lalu ia melakukan hal yang serupa pada kuburan dengan tujuan mendekatkan diri pada Allah ﷻ. Ia pun menjawab “hal tersebut tidak masalah” (Imam Ahmad bin Hanbal, al-Ilal wa Ma’rifat ar-Rijal , Juz 2, Hal. 492)
Hal yang perlu diperhatikan dalam referensi di atas bahwa bolehnya mencium nisan ini hanya ketika ada tujuan tabarruk , sedangkan kuburan yang dapat diniati
tabarruk hanya terbatas pada makam-makam orang saleh. Sehingga hukum ini tidak bersifat menyeluruh pada semua nisan kuburan.
Demikian penjelasan materi ini, secara umum dapat disimpulkan bahwa mencium nisan kuburan adalah termasuk bid’ah munkarah yang terlarang secara syara’. Larangan ini dikecualikan dalam satu kasus yaitu ketika peziarah mencium nisan kuburan karena ada tujuan tabarruk pada mayit yang bersemayam di kuburan dikarenakan mayit termasuk orang-orang yang saleh. Wallahu a’lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
kesuwun pun mampir