Pelajaran Sifat Sholat Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam (4) :
*MELETAKKAN TANGAN YANG KANAN DI ATAS TANGANNYA YANG KIRI*
_Saudaraku kaum muslimin rohimakumulloh…._
Kita akan lanjutkan kembali pelajaran tentang *Sifat Sholat (Tata Cara Sholat)* menurut tuntunan Nabi Muhammad shollallohu ‘alaihi wa sallam.
Kali ini, pembahasan kita adalah tentang *“Meletakkan Tangan Yang Kanan di Atas Tangannya yang Kiri”,* yakni dengan cara *bersedekap,* setelah kita melakukan takbirotul ihrom sambil mengangkat kedua tangan (sebagaimana penjelasan pada pelajaran yang lalu).
Dalil yang menunjukkan dasar amalan ini, adalah hadits *Sahl bin Sa’ad* rodhiyallohu ‘anhu, dia berkata :
كان الناس يؤمرون أن يضع الرجل اليد اليمنى على ذراعه اليسرى في الصلاة
_“Adalah manusia itu diperintah untuk meletakkan tangan kanannya di atas lengan tangannya yang kiri di dalam sholat (yakni bersedekap, edt.).”_ (HR *Imam Al-Bukhori* no. 740)
Dalam hadits *Wail bin Hujr* rodhiyallohu ‘anhu, yang menjelaskan tentang sifat (tata cara) sholat Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam, di dalamnya disebutkan :
ثم وضع يده اليمنى على اليسرى
_“….kemudian beliau meletakkan tangan kanannya di atas (tangannya) yang kiri (yakni bersedekap) …”_ (HR *Imam Muslim* no. 401)
Yakni, setelah takbirotul ihrom.
*Al-Imam At-Tirmidzi* rohimahulloh di dalam *Sunan*-nya (no. 252) mengatakan tentang hadits ini :
_“Para Ahli Ilmu (yakni para ulama) di kalangan Sahabat Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam telah mengamalkan hadits ini, demikian pula para Tabi’in dan orang-orang yang setelah mereka. Mereka semua berpendapat *(disyari’atkannya) bagi seseorang untuk meletakkan tangannya yang kanan di atas tangannya yang kiri di dalam sholat.”*_
*Al-Imam Ibnu Rojab Al-Hambali* rohimahulloh juga menyatakan :
_“Ini adalah pendapat kebanyakan para fuqoha’ (ahli fiqih) di seluruh negeri. Diantara mereka adalah : Ats-Tsauri, Abu Hanifah, Al-Hasan bin Sholih, As-Syafi’i, Ahmad, Ishaq, Abu Ubaid, Abu Tsaur dan yang selain mereka.”_ ( *Fathul Bari Syarh Shohih Al-Bukhori*, no. 740)
Sebagian ulama ada yang berpendapat *harus irsal* (menggantungkan tangan, tidak perlu bersedekap).
Dan ada pula yang berpendapat untuk *boleh memilih antara bersedekap atau irsal (menggantungkan tangan).*
Tetapi pendapat yang rojih adalah pendapat jumhur ulama, sebagaimana disebutkan di atas *(yakni disyari’atkannya bersedekap/meletakkan tangan kanan di atas tangannya yang kiri).*
(lihat juga : *Al-Majmu’ Syarh Al-Muhadzdzab,* 3/311)
Guru kami, *Syaikh Abu Abdillah Muhammad bin Ali bin Hizam* hafidzhohulloh pernah menjelaskan, bahwa *irsal (menggantungkan tangan) setelah takbir, apabila dilakukan secara terus menerus, ini adalah bid’ah."*
_*Masalah : Apa Hukumnya Meletakkan Tangan yang Kanan di atas tangan yang Kiri itu ?*_
Jumhur ulama berpendapat disunnahkannya hal itu (bukan wajib).
Ya, karena hadits-hadits yang menunjukkan hal itu adalah *berupa fi’il (perbuatan)* Nabi shollallohu alaihi wa sallam.
Adapun *Al-Imam As-Syaukani* rohimahulloh dalam *Nailul Author* (1/188) berpendapat, bahwa hal itu adalah *wajib,* karena adanya perintah Nabi shollallohu alaihi wa sallam, sebagaimana dalam hadits *Sahl bin Sa’ad* rodhiyallohu anhu.
Dan hukum asal suatu perintah adalah Wajib.
Dan yang *pendapat yg terakhir inilah yang shohih (benar).*
Seperti yang dinyatakan oleh *Syaikh Nashiruddin Al-Albani* rohimahulloh :
_“Dan apabila telah shohih/benar, bahwa Nabi shollallohu alaihi wa sallam memerintahkan peletakan (tangan) tersebut, maka hal ini memberikan faedah (hukum) wajibnya hal tersebut. Akan tetapi kami tidak mendapati pendapat seperti ini dari kalangan para ulama terdahulu._
_Jika ada salah seorang dari mereka yang berpendapat seperti itu, maka wajib (atas kita semua) juga berpendapat seperti itu.”_
( *Ashlu Shifatis Sholatin Nabi*, hal. 210)
_*Masalah : "Bagaimana Cara Meletakkan Tangan yang Kanan di atas tangan yang Kiri itu ?"*_
Berdasarkan riwayat-riwayat yang shohih, cara meletakkan tangan kanan di atas tangan yang kiri itu adalah sebagai berikut : *“Meletakkan tangan kanan pada punggung telapak tangan yang kiri, pergelangan tangan, dan lengan bawah (hasta).”*
Hal itu berdasarkan hadits *Wail bin Hujr* rodhiyallohu anhu yang diriwayatkan *Imam Abu Dawud* dalam *Sunan*-nya (no. 727), dan yang lainnya, dan hadits ini dishohihkan oleh Imam Ibnu Khuzaimah, An-Nawawi, Ibnul Qoyyim, Ibnul Mulaqqin dan Syaikh Al-Albani rohimahumulloh.
Syaikh Al-Albani rohimahuloh menyebutkan di dalam kitabnya *Ashlu Shifatis Sholatin Nabiy* (hal. 209) hadits *Wail bin Hujr* rodhiyallohu anhu tersebut :
_“Saya (Wail bin Hujr) berkata : “Sungguh aku benar-benar akan menunjukkan (kepada kalian) sholatnya Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam, bagaimana beliau sholat. Maka aku melihat kepada beliau (Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam), beliau berdiri, lalu bertakbir dan mengangkat kedua tangannya sampai sejajar dengan kedua telinganya, lalu beliau meletakkan tangannya yang kanan pada punggung telapak tangan yang kiri, pergelangan tangan dan lengan bawah (hasta)…..”_
Seperti itu juga, hadits yang diriwayatkan oleh *Al-Imam An-Nasa’i* rohimahulloh dalam *Sunan*-nya (2/126) dengan sanad-sanad yang shohih.
Cara lainnya adalah : *“menggenggam tangan yang kiri dengan menggunakan tangan kanan.”*
Hal itu sebagaimana ditunjukkan dalam hadits *Wail bin Hujr* rodhiyallohu anhu, yang diriwayatkan oleh *Al-Imam An-Nasa’i* rohimahulloh dalam *Sunan*-nya (2/125) dengan sanad yang shohih, Wail bin Hujr rodhiyallohu anhu berkata :
رأيت رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا كان قائما في الصلاة قبض بيمينه على شماله
_“Aku melihat Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam apabila berdiri di dalam sholatnya, beliau menggenggam tangan kirinya dengan menggunakan tangan kanannya.”_
_*Masalah : Dimanakah Meletakkan Kedua Tangan tersebut Ketika Posisi Berdiri di dalam Sholat ?*_
Tentang masalah ini, dijelaskan oleh *Al-Hafidz Ibnu Rojab Al-Hambali* rohimahulloh dalam *Fathul Bari* (pada hadits no. 740) sebagai berikut :
_“Para ulama berbeda pendapat dalam masalah meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri tersebut, dimana diletakkan. Apakah keduanya itu diletakkan di atas dada, atau di bawah pusar, atau boleh memilih diantara dua tempat tersebut ?_
_Dalam masalah ini ada tiga pendapat, dan tiga pendapat ini pun juga diriwayatkan dari Imam Ahmad. Dan diantara orang yang meriwayatkan dari beliau adalah yang berpendapat bahwa (meletakkan) kedua tangan tersebut adalah *di bawah pusar.* Ini adalah pendapat dari Ali, Abu Huroiroh, An-Nakho’i dan Abu Majlaz. Ini juga pendapat Ats-Tsauri, Abu Hanifah, Malik dan Ishaq._
_Juga diriwayatkan dari Ali dan Sa’id bin Jubair, bahwa beliau meletakkan kedua tangannya tersebut *di atas dada*. Dan ini juga pendapat dari As-Syafi’i._
_Diriwayatkan dari murid-murid Abu Ishaq Al-Marwazy, bahwa beliau (Abu Ishaq) berpendapat : *meletakkannya di bawah pusar.*_
_Ibnul Mundzir rohimahulloh meriwayatkan, bahwa *boleh memilih antara keduanya.*_
_Al-Imam *At-Tirmidzi* menyebutkan dalam kitab *Jami’-nya (Sunan At-Tirmidzi),* bahwa : Beliau melihat sebagian ulama ada yang meletakkan kedua tangannya itu di atas pusar. Beliau juga melihat bahwa sebagian ulama ada yang meletakkan di bawah pusar. Semua perkara itu adalah masalah yang luas.”_ (sampai di sini penukilan dari kitab *Fathul Bari*)
Guru kami, *Syaikh Abu Abdillah Muhammad bin Hizam* hafidzhohulloh berkata (memberikan komentar atas pendapat-pendapat tersebut di atas :
_“Dua atsar dari Ali bin Abi Tholib dan Abu Huroiroh tentang meletakkan kedua tangan *di bawah pusar*, adalah riwayat yang tidak tsabit atau tidak shohih. Di dalam sanad-sanadnya ada Abdurrahman bin Ishaq Al-Kufy._
_Imam An-Nawawi berkata tentangnya : “Dia adalah perowi yang dho’if berdasarkan kesepakatan para ulama Jarh wa Ta’dil.”_
_Sedangkan riwayat dari Ali yang menjelaskan tentang meletakkan kedua tangan *di atas dada*, juga tidak tsabit/tidak shohih. Di dalam sanad-sanadnya terdapat rowi yang majhul._
_Dan masalah ini adalah *masalah yang luas (yakni boleh meletakkan kedua tangan di manapun)*, karena tidak adanya dalil yang shohih dalam masalah ini._
_Dan seperti inilah yang ditarjih oleh Syaikh kami (yakni guru dari Syakh Muhammad bin Hizam hafidzohulloh), yakni Syaikh Muqbil Al-Wadi’iy rohimahulloh._
_Tetapi yang lebih mencocoki kebenaran adalah *meletakkan kedua tangan tersebut lebih tinggi dari pusar (yakni sedikit di atas pusar dan di bawah dada).*_
_Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Al-Imam An-Nasa’i dalam Sunan-nya, dari hadits Wail bin Hujr rodhiyallohu anhu, dia berkata :_
أن النبي صلى الله عليه وسلم وضع يده اليمنى على كفه اليسرى والرسغ والساعد
_“Bahwa Nabi shollallohu alaihi wa sallam *meletakkan tangannya yang kanan di atas telapak tangannya yang kiri, pergelangan tangan dan lengannya yang bawah (hastanya).”*_
(HR *An-Nasa’i* (2/126), sanadnya shohih).
Dan secara adat (kebiasaan), cara meletakkan tangan yang seperti ini (sebagaimana hadits di atas) adalah *hanya bisa dilakukan oleh seseorang yang meletakkan kedua tangannya tersebut di bagian yang lebih tinggi dari pusarnya (yakni sedikit di atas pusar dan di bawah dadanya).* Wallohu a’lam.
(Lebih luasnya pembahasan ini, silahkan periksa kitab-kitab sebagai berikut : *Al-Ausath* (3/93-94) karya Ibnul Mundzir, *Al-Majmu’ Syarh Al-Muhadzdzab* (3/313) karya Al-Imam An-Nawawi, *Al-Mushonnaf* (1/390) karya Al-Imam Ibnu Abi Syaibah rohimahumulloh, lihat pula *Fathul ‘Allam* (1/708) karya guru kami, Syaikh Muhammad bin Hizam hafidzhohulloh)
Demikianlah pembahasan ringkas tentang meletakkan tangan kanan di atas tangan yang kiri, yang bisa kami sampaikan.
Semoga bermanfaat untuk kita semuanya.
_Barokallohu fiikum….._
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
kesuwun pun mampir