Rosulallah SAW Sebab Penciptaan Alam Semesta Dalam Qosidah Burdah


Qashidatul Burdah karya Muhammad Sa‘id Al-Bushiri menyebut Nabi Muhammad SAW sebagai semacam sebab penciptaan alam semesta. Oleh karena itu, Al-Bushiri menyimpulkan bahwa Nabi Muhammad SAW tidak mungkin berambisi mengejar duniawi.
Dalam larik Qashidatul Burdah berikut ini, Imam Al-Bushiri menyatakan bahwa Nabi Muhammad SAW yang menjadi sebab penciptaan dunia takkan mungkin berhajat kepada dunia karena beliau SAW sendiri adalah penghulu dunia:
ﻭَﻛَﻴﻒَ ﺗَﺪْﻋُﻮ ﺇﻟَﻰ ﺍﻟﺪُّﻧﻴﺎ ﺿَﺮُﻭﺭَﺓُ ﻣَﻦْ ** ﻟﻮﻻﻩُ ﻟﻢ ﺗﺨﺮﺝِ ﺍﻟﺪﻧﻴﺎ ﻣﻦ ﺍﻟﻌﺪﻡِ
Artinya, “Bagaimana orang yang kalau bukan karena dirinya niscaya dunia ini takkan keluar dari ketiadaannya berkepentingan terhadap dunia?”
Pernyataan Imam Al-Bushiri tidak berlebihan. Pernyataan Al-Bushiri cukup beralasan karena didasarkan pada hadits qudsi riwayat Al-Hakim dan Al-Baihaqi yang menyatakan bahwa kalau bukan karena Nabi Muhammad SAW, Allah takkan menciptakan Nabi Adam AS.
ﻭﺍﻷﺻﻞ ﻓﻲ ﺫﻟﻚ ﻣﺎ ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺤﺎﻛﻢ ﻭﺍﻟﺒﻴﻬﻘﻲ ﻣﻦ ﻗﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻵﺩﻡ ﻟﻤﺎ ﺳﺄﻟﻪ ﺑﺤﻖ ﻣﺤﻤﺪ ﺃﻥ ﻳﻐﻔﺮ ﻟﻪ ﻣﺎ ﺍﻗﺘﺮﻓﻪ ﻣﻦ ﺻﻮﺭﺓ ﺍﻟﺨﻄﻴﺌﺔ ﻭﻛﺎﻥ ﺭﺃﻯ ﻋﻠﻰ ﻗﻮﺍﺋﻢ ﺍﻟﻌﺮﺵ ﻣﻜﺘﻮﺑﺎ ﻻ ﺇﻟﻪ ﺇﻻ ﺍﻟﻠﻪ ﻣﺤﻤﺪ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺳﺄﻟﺘﻨﻲ ﺑﺤﻘﻪ ﺃﻥ ﺃﻏﻔﺮ ﻟﻚ ﻭﻟﻮﻻﻩ ﻣﺎ ﺧﻠﻘﺘﻚ ﻓﻮﺟﻮﺩ ﺁﺩﻡ ﻋﻠﻴﻪ ﺍﻟﺴﻼﻡ ﻣﺘﻮﻗﻒ ﻋﻠﻰ ﻭﺟﻮﺩﻩ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ
Artinya, “Dasar atas pernyataan ini adalah hadits riwayat Al-Hakim dan Al-Baihaqi perihal jawaban Allah SWT kepada Nabi Adam AS yang meminta dengan nama Nabi Muhammad SAW ampunan terkait kekeliruannya. Nabi Adam AS ketika itu melihat catatan ‘ Lâ ilâha illallâh, Muhammadur Rasûlullâh ’ pada tiang-tiang Arasy. Allah menjawab, ‘Kau meminta dengan namanya (Nabi Muhammad SAW) agar Aku mengampunimu. Sungguh, kalau bukan karenanya, Aku tidak akan menciptakanmu.’ Jadi, ujud Nabi Adam AS bergantung pada ujud Nabi Muhammad SAW,” (Lihat Syekh Ibrahim Al-Baijuri, Hasyiyatul Baijuri ala Matnil Burdah , [Surabaya, Al-Hidayah: tanpa catatan tahun], halaman 21).
Kalau bukan karena Nabi Muhammad SAW, niscaya Allah takkan menciptakan Nabi Adam AS. Kalau Nabi Adam AS tidak diciptakan oleh Allah, niscaya anak Adam atau bani Adam takkan diciptakan. Sedangkan nyatanya, Allah menciptakan Nabi Adam AS dan anak keturunannya. Allah juga menciptakan alam semesta ini hanya untuk keperluan manusia. Jadi, hanya karena Nabi Muhammad SAW Allah menciptakan alam semesta raya ini.
Syekh Ibrahim Al-Baijuri yang pernah memimpin Universitas Al-Azhar di zamannya mencoba membangun logika ini dalam Hasyiyatul Burdah berikut ini:
ﻭﺁﺩﻡ ﺃﺑﻮ ﺍﻟﺒﺸﺮ ﻭﻗﺪ ﺧﻠﻖ ﺍﻟﻠﻪ ﻟﻬﻢ ﻣﺎ ﻓﻲ ﺍﻷﺭﺽ ﻭﺳﺨﺮ ﻟﻬﻢ ﺍﻟﺸﻤﺲ ﻭﺍﻟﻘﻤﺮ ﻭﺍﻟﻠﻴﻞ ﻭﺍﻟﻨﻬﺎﺭ ﻭﻏﻴﺮ ﺫﻟﻚ ﻛﻤﺎ ﻫﻮ ﻧﺺ ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ ﻗﺎﻝ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﺧَﻠَﻖَ ﻟَﻜُﻢْ ﻣَّﺎ ﻓِﻲ ﺍﻷَﺭْﺽِ ﺟَﻤِﻴﻌﺎً ﻭَﺳَﺨَّﺮَ ﻟَﻜُﻢُ ﺍﻟﺸَّﻤْﺲَ ﻭَﺍﻟْﻘَﻤَﺮَ ﺩَﺍﺋِﺒَﻴْﻦِ ﻭَﺳَﺨَّﺮَ ﻟَﻜُﻢُ ﺍﻟﻠَّﻴْﻞَ ﻭَﺍﻟﻨَّﻬَﺎﺭَ ﻭﺇﺫﺍ ﻛﺎﻧﺖ ﻫﺬﻩ ﺍﻷﻣﻮﺭ ﺇﻧﻤﺎ ﺧﻠﻘﺖ ﻷﺟﻞ ﺍﻟﺒﺸﺮ ﻭﺃﺑﻮ ﺍﻟﺒﺸﺮ ﺇﻧﻤﺎ ﺧﻠﻖ ﻷﺟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻛﺎﻧﺖ ﺍﻟﺪﻧﻴﺎ ﺇﻧﻤﺎ ﺧﻠﻘﺖ ﻷﺟﻠﻪ ﻓﻴﻜﻮﻥ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻫﻮ ﺍﻟﺴﺒﺐ ﻓﻲ ﻭﺟﻮﺩ ﻛﻞ ﺷﻲﺀ
Artinya, “Nabi Adam AS memang bapak manusia. Allah menciptakan apa yang ada di bumi untuk anak manusia. Allah juga menundukkan matahari, bulan, malam, siang, dan lain sebagainya untuk anak manusia sebagaimana tercantum dalam Al-Quran, 'Dia menciptakan untukmu apa yang ada di bumi semuanya,’ (Surat Al-Baqarah ayat 29) dan ‘Dia menundukkan bagimu matahari dan bulan silih berganti dan Dia menundukkan bagimu malam dan siang,’ (Surat Ibrahim ayat 33). Jadi, ketika semesta alam raya itu diciptakan untuk manusia, sementara Nabi Adam AS adalah bapak manusia diciptakan karena Nabi Muhammad SAW, maka dunia ini diciptakan karena Nabi Muhammad SAW. Jadi, Nabi Muhammad SAW adalah sebab bagi segala ujud,” (Lihat Syekh Ibrahim Al-Baijuri, Hasyiyatul Baijuri ala Matnil Burdah , [Surabaya, Al-Hidayah: tanpa catatan tahun], halaman 21-22).
Syekh Khalid bin Abdullah Al-Azhari dalam Syarah Burdah menyatakan bahwa karena Rasulullah SAW sendiri adalah sebab atas penciptaan alam semesta, maka beliau SAW tidak berhajat dan berhasrat pada kesenangan duniawi yang fana:
ﻭﻣﻌﻨﻰ ﺍﻟﺒﻴﺘﻴﻦ ﺃﻧﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻻ ﺗﺪﻋﻮﻩ ﺍﻟﻀﺮﻭﺭﺓ ﺍﻟﻰ ﺣﻄﺎﻡ ﺍﻟﺪﻧﻴﺎ ﺍﻟﻔﺎﻧﻴﺔ ﻓﺈﻥ ﺍﻟﺪﻧﻴﺎ ﻣﺎ ﺃﺧﺮﺟﺖ ﻣﻦ ﺍﻟﻌﺪﻡ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻮﺟﻮﺩ ﺇﻻ ﻷﺟﻠﻪ ﻭﻛﻴﻒ ﻳﻜﻮﻥ ﻛﺬﻟﻚ ﻭﻫﻮ ﺳﻴﺪ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﺪﻧﻴﺎ ﻭﺍﻵﺧﺮﺓ ﻭﺳﻴﺪ ﺍﻻﻧﺲ ﻭﺍﻟﺠﻦ ﻭﺳﻴﺪ ﺍﻟﻌﺮﺏ ﻭﺍﻟﻌﺠﻢ
Artinya, “Makna bait ini adalah bahwa Nabi Muhammad SAW tidak berkepentingan untuk mengumpulkan harta benda duniawi yang fana karena dunia tidak diciptakan dari ketiadaan menjadi ada kecuali karena dirinya. Lalu bagaimana bisa demikian (haus harta duniawi) dengan Rasulullah SAW, sedangkan beliau adalah penghulu (pangkal atau permulaan) penduduk dunia dan akhirat, penghulu manusia dan jin, dan penghulu bangsa Arab dan bangsa ajam,” (Lihat Syekh Khalid bin Abdullah Al-Azhari, Syarah Khalid Al-Azhari ala Matnil Burdah , [Surabaya, Al-Hidayah: tanpa catatan tahun], halaman 22).
Logika yang dibangun oleh Imam Al-Bushiri, Syekh Ibrahim Al-Baijuri, dan Syekh Khalid Al-Azhari merupakan refleksi dari Surat Al-Baqarah ayat 29, Surat Ibrahim ayat 33, dan hadits berikut ini:
ﻗﺎﻝ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺃﻧﺎ ﺳﻴﺪ ﻭﻟﺪ ﺁﺩﻡ ﻭﻻ ﻓﺨﺮ
Artinya, “Rasulullah SAW bersabda, ‘Aku penghulu anak Adam, dan tidak sombong,’” (HR Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi, Ibnu Majah).
Dari pelbagai keterangan ini, tidak berlebihan ketika Sayyid Bakri Syatha dalam mukaddimah I‘anatut Thalibin menganjurkan kita untuk bersyukur kepada Rasulullah SAW karena jasanya yang mengajarkan kita mengenal dan bersyukur kepada Allah.
Sayyid Bakri Syatha menyebut Rasulullah SAW tidak lain adalah asal penciptaan bagi semua makhluk Allah. Sayyid Bakri menganjurkan kita untuk membaca banyak shalawat. Hanya saja "asal" dan kata "sebab" penciptaan di sini mesti dipahami sebagai asal atau sebab secara majazi karena pada hakikatnya perbuatan Allah tidak tergantung pada illat atau sebab.
Meskipun demikian, shalawat terhadap Nabi Muhammad SAW merupakan bentuk terima kasih atau syukur kita umat manusia terhadap Rasulullah SAW sebagai penghulu segenap manusia sebagaimana sabdanya yang mulia. Allahumma shalli wa sallim 'ala Sayyidina Muhammad wa alihi wa shabihi ajma'in .
Wallahu a‘lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

kesuwun pun mampir

Cek Ongkir/pengiriman

Arsip kank achonk

Jam

Tanggal

cek